• madrasatuna.1953@gmail.com
  • 0321-865280 (Putri) / 0321-3083337 (Putra)
  • Home
  • Profil
    • Sejarah
    • Visi dan Misi
    • Sambutan Kepala Madrasah
    • Struktur Personalia Organisasi
    • Jenjang Belajar Dan Ijazah
    • Data Guru
  • Program
    • Program Strategis 5 Tahun (2023-2028)
    • Rencana Kerja 1 Tahun (2023-2024)
    • Rencana Kerja 1 Tahun (2024-2025)
  • Publikasi
  • Pengumuman
  • Download
  • Kontak

Sejarah Perkembangan Ilmu Falak Di Indonesia

  • Home
  • Berita
Artikel Jumat, 18-Agustus-2023 03:33 6755

Pembahasan utama dalam kajian Ilmu falak adalah penentuan awal waktu shalat, arah kiblat, awal bulan qamariah, takwim dan gerhana. Sebagai bagian dari kegiatan ibadah, ilmu falak diprediksi masuk ke Indonesia beriringan dengan masuknya agama Islam ke Indonesia. Dalam pemetaan sejarah Islam di Indonesia menurut Karel A. Steenbrink, terpilah menjadi dua periode yang harus mendapat perhatian khusus, yakni periode masuknya Islam di Indonesia dan periode zaman revolusi abad ke dua puluhan. Dalam lintasan sejarah, selama pertengahan pertama abad ke dua puluh, peringkat kajian Islam yang paling tinggi hanya dapat dicapai di Makkah, yang kemudian diganti di Kairo.” Sehingga kajian Islam termasuk kajian ilmu falak tidak dapat lepas dari adanya “jaringan ulama” Makkah (Jazirah Arab). Ini terbukti adanya “jaringan ulama” yang dilakukan oleh ulama-ulama ilmu falak Indonesia. Seperti Muhammad Manshur al-Batawi, ternyata dalam pantauan sejarah kitab monumentalnya Sullamun Nayyirain adalah hasil dari “rihlah ilmiyyah” yang beliau lakukan selama di Jazirah Arab. Sehingga diakui atau tidak, pemikiran ilmu falak di Jazirah Arab seperti di Mesir, sangat berpengaruh dalam pemikiran ilmu falak di Indonesia. Begitu juga beberapa kitab ilmu falak yang berkembang di Indonesia menurut Taufik, banyak merupakan hasil pengembangan dari kitab karya ulama Mesir yakni al-Mathla' al-Said fi hisabat al kawakib ala Rashdi al-Jadid. Sehingga dalam perjalanan sejarah ilmu falak di Indonesia tidak bisa lepas dari sejarah Islam di Indonesia yang memang merupakan hasil dari jaringan ulama.

Sejarah awal perkembangan ilmu falak di Indonesia dinyatakan bahwa perkembangan awal ilmu falak di Nusantara adalah diadopsinya sistem penanggalan hijriah ke dalam penanggalan Jawa yang dilakukan oleh sultan Agung. Pada tahun 1625 Masehi, Sultan Agung yang berusaha keras menyebarkan agama Islam di pulau Jawa dalam kerangka negara Mataram mengeluarkan dekrit untuk mengubah penanggalan Saka. Sejak saat itu kalender Jawa versi Mataram menggunakan sistem kalender qamariah atau lunar. Muhyiddin Khazin memberikan penjelasan yang sedikit berbeda bahwa Sultan Agung memadukan penanggalan Hindu dan penanggalan Islam menjadi penanggalan Jawa Islam pada tahun 1043H/1633M. Masa kepemimpinan kerajaan Mataram dipegang oleh Sri Sultan Muhammad Sultan Agung Prabu Hayrayakusumo (1613-1643 M) inilah penanggalan Islam mulai dipekenalkan. Ia menetapkan penanggalan resmi kerajaan berdasarkan tahun Jawa Islam tersebut. Asimilasi penanggalan ini dilakukan dengan cara merubah pedoman pengambilan dari tahun berdasarkan peredaran Matahari menjadi berdasarkan peredaran bulan. Namun perhitungan tahunnya tetap dengan melanjutkan perhitungan Hindu sebelumnya.

Penanggalan Islam; penanggalan hijriah ini diasumsikan secara umum digunakan oleh kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara sejak zaman mereka berdaulat penuh. Penanggalan ini digunakan sebagai penanggalan resmi kerajaan-kerajaan tersebut. Namun setelah datangnya penjajahan Belanda di Nusantara pada abad ke-16, Belanda mengganti penanggalan tersebut dengan penanggalan masehi. Penaggalan masehi inilah yang digunakan untuk administrasi pemerintahan dan penanggalan resmi. Tapi untuk urusan-urusan keagamaan, kerajaan- kerajaan Islam Nusantara masih ditolerir untuk menggunakan kalender Hijriah terutama dalam penentuan hari-hari yang berhubungan dengan peribadatan seperti penentuan awal Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Sampai awal abad kedua puluh, pemikiran hisab rukyat di Nusantara sangat dipengaruhi dan tidak bisa dilepaskan dari tradisi atau khazanah pemikiran hisab rukyat di negara-negara Islam lainnya terutama Timur Tengah. Pengaruh ini misalnya kita dapat lihat pada kitab Sullam an-Nayyirain yang data-data mengadopsi Zij Sulthani karya Ulugh Bek. Zij ini juga digunakan oleh kalangan ahli falak di Timur Tengah pada masa itu. Selanjutnya akan dilihat perkembangan penentuan awal waktu salat, arah kiblat, awal bulan qamariah, dan kajian gerhana.

Dalam sejarah perkembangan modern ilmu falak di Indonesia pada awal abad ke-20, ditandai dengan penulisan kitab-kitab ilmu falak oleh para ulama ahli falak Indonesia. Seiring kembalinya para ulama yang telah berguru di Mekah pada awal abad ke-20, ilmu falak mulai tumbuh dan berkembang di tanah air. Ketika berguru di tanah suci, mereka tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu agama seperti: tafsir, hadis, fikih, tauhid, tasawuf, dan pemikiran yang mendorong umat Islam yang pada masa itu rata-rata di bawah belenggu kolonialisme untuk membebaskan diri, melainkan juga membawa catatan tentang ilmu falak. Kemudian proses transfer knowledge ini berlanjut kepada para murid mereka di tanah air di antara para ulama ada yang berdakwah ke berbagai daerah yang baru. Pada dekade itu misalnya, Syaikh Abdurrahman bin Ahmad al-Mishra (berasal dari Mesir) pada tahun 1314/1896 datang ke Betawi. Ia membawa zij (tabel astronomi) Ulugh Bek (w. 1449 H) yang masih mendasarkan teorinya pada teori geosentris. Ia kemudian mengajarkannya pada para ulama di Betawi pada waktu itu. Di antara muridnya adalah Ahmad Dahlan as- Simarani atau at-Tarmasi (w. 1329/1911) dan Habib Usman bin Abdillah bin ‘Aqil bin Yahya yang dikenal dengan Mufti Betawi.

Kemudian Ahmad Dahlan as-Simarani atau at-Tarmasi mengajarkannya di daerah Termas (Pacitan) dengan menyusun buku Tadzkirah al-Ikhwan fi Ba’dhi Tawarikhi A’mal al-Falakiyah bi Samarang yang selesai ditulis pada 1321/1903. Sedang Habib Usman bin Abdillah bin ‘Aqil bin Yahya tetap mengajar di Betawi. Ia menulis buku Iqazu an-Niyam fima Yata’allaq bi Ahillah wa ash-Shiyam dicetak pada 1321/1903. Buku ini di samping memuat masalah ilmu falak, juga terdapat di dalamnya tentang masalah puasa. Adapun pemikirannya tentang ilmu falak kemudian dibukukan oleh salah seorang muridnya Muhammad Manshur bin Abdul Hamid bin Muhammad Damiri bin Muhammad Habib bin Abdul Muhit bin Tumenggung Tjakra Jaya yang menulis kitab Sullam an-Nayyirain, dicetak pertama kali pada 1344/1925. Itulah kitab-kitab yang dihasilkan oleh ulama falak nusantara pada priode awal ini. Kitab Sullam an-Nayyirain-lah paling dikenal dari karya ulama falak pada masa ini dan masih banyak dipelajari sampai sekarang.

Sementara tokoh falak yang menonjol di daerah Sumatera adalah Thahir Djalaluddin dan Djamil Djambek. Thahir Djalaluddin dengan karyanya Pati Kiraan Pada Menentukan Waktu yang Lima diterbitkan pada 1357/1938, dan Natijah al-Ummi The Almanac: Muslim and Christian Calendar and Direction of Qiblat according to Safie Sect dicetak pada 1951. Tokoh lainnya Djamil Djambek dengan karyanya Almanak Djamiliyah dan Diya’ al-Niri fima Yata’allaq bi al- Kawakib. Tokoh falak Nusantara yang hidup pada masa itu yang bersinar antara lain Syaikh Ahmad Khatib al- Minangkabawi, Ahmad Rifa’i, dan Kyai Sholeh Darat.

Di antara kitab-kitab karangan ulama Nusantara tersebut adalah kitab al- Khulashah al-Wafiyyah karya Zubair Umar al-Jailani yang dicetak pertama kalinya pada 1354/1935, buku Ilmu Falak dan Hisab dan buku Hisab Urfi dan Hakiki karya K Wardan Dipo Ningrat yang dicetak pada 1957, al- Qawa’id al-Falakiyah karya Abd al- Fatah as-Sayyid ath-Thufi al-Falaki, dan Badi’ah al-Mitsal karya Kyai Ma’shum Jombang (w 1351/1933).

Pada tahap selanjutnya kitab- kitab ilmu falak karya para ulama Indonesia selain menjadikan Mathla’ as-Sa’id dan al-Manahij al-Hamidiyah sebagai rujukan utamanya juga merujuk karya ulama Indonesia sebelum mereka; yaitu para guru mereka (yang telah mempelajari kitab Mathla’ as-Sa’id dan al-Manahij al-Hamidiyah). Di antara karya-karya yang dihasilkan adalah Almanak Menara Kudus karya Turaikhan Adjhuri, Nur al-Anwar karya Kyai Noor Ahmad SS Jepara yang dicetak pada 1986, al-Maksuf karya Ahmad Soleh Mahmud Jauhari Cirebon, Ittifaq Dzat al-Bain karya Muhammad Zuber Abdul Abdul Karim Gresik. Oleh sebab itu, dengan semangat ihya’ turats Kitab ilmu falak yang diajarkan di Madrasah Muallimin Muallimat 6 tahun adalah kitab Sullam an- Nayyirain.

Kemudian permasalahan perkembangan teori dalam ilmu falak sebagai sains didekati dengan pendekatan saintifik. Pendekatan ini dalam kerangka memposisikan suatu metode hisab secara porposional dalam pemetaan sejarah ilmu Falak di Indonesia. Sehingga kita akan memposisikan metode hisab Tradisional sesuai dengan perkembangan ilmu falak dan menjawab persoalan umat pada masanya. Kementerian Agama juga harus mendorong penelitian dalam bidang ilmu falak; baik itu ilmu falak Modern yang berbasis Astronomi maupun khazanah ilmu falak Tradisional. Penelitian khazanah ilmu falak Tradisional merupakan pijakan untuk pengembangan ilmu falak di masa mendatang. Wallahu A’lam bi al-Shawab

Penulis : H. Muhyiddin, Lc., MM (Guru & Wakil Ketua Tim Falak Hisab & Rukyat Madrasah Mu’allimin Mu’allimat 6 Tahun Tambakberas Jombang)

Bagikan :

Tags

Muallimin Muallimat Tambak Beras

Data dan Fakta

Jumlah Rombel 83 Rombel
Jumlah Total Siswa 3.003 orang
Jumlah Siswa Putra 1.500 orang
Jumlah Siswa Putri 1.503 orang
Guru dan Pegawai 203 orang

Pengumuman Terbaru

  • Edaran PTS I 2024/2025
  • Jadwal PTS I Tahun Ajaran 2024/2025
  • Brosur PPDB 2024

Berita Terkini

Evaluasi Dan Perencanaan Tahunan Program Madrasah, Kamad: Ada Progress Menuju Lebih Baik
Apel Akhir Tahun Dan Penerimaan Rapot, Bidang Kesiswaan Sampaikan Beberapa Hal Penting
Penerimaan Rapor PAT, Kepala Madrasah Ingatkan Siswa Untuk Bermuhasabah Setelah Melakukan Pembelajaran Selama Satu Tahun
Dalam Rapat Kenaikan, Pimpinan Madrasah Tekankan Hal Ini
Rapat Pleno Kenaikan Kelas Tahun Ajaran 2024/2025

Gallery

  • Album(4)
  • Video(25)

Link Pendidikan

  • UNIVERSITAS AL AZHAR
  • KEMENAG RI
  • PENDIS KEMENAG RI
  • PP BAHRUL ULUM

Tentang Kami

Madrasah Muallimin Muallimat 6 Tahun Bahrul Ulum Tambakberas Jombang didirikan pada tahun 1953 oleh KH Abdul Fattah Hasyim. Madrasah ini menjalankan kurikulum 70% pelajaran Salaf Pesantren dan 30% pelajaran Kurikulum Nasional. Siswa Madrasah Muallimin Muallimat mengikuti ujian negara tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) bagi siswa kelas 3, dan mengikuti ujian negara tingkat Madrasah Aliyah (MA) bagi siswa kelas 6.

Profil
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Sambutan Kepala Madrasah
  • Struktur Personalia Organisasi
  • Jenjang Belajar Dan Ijazah
  • Data Guru
Alamat

Jl. Tanjung, dusun Gedang, Tambakrejo Jombang, Jawa Timur, Indonesia

Copyright © 2025 All rights reserved | mualliminenamtahun.net