Pendidikan Islam mempunyai objek kajian yang sangat luas untuk dipelajari dan dipahami, salah satu diantaranya adalah objek sejarah yang bersumber melalui penuturan secara mutawatir yang terbukti bersumber dari pelaku sejarah, bisa juga sejarah yang bersumber dari data-data yang ditemukan melalui tulisan-tulisan yang representatif dan pembuktian dari benda-benda bersejarah yang menjadikan sejarah itu menjadikan suatu yang benar-benar terjadi.
Mempelajari Islam melalui pendekatan sejarah akan menghimpun suatu deskripsi peristiwa yang terjadi mulai mula-mula Islam lahir yang sebarkan oleh Nabi Muhammad Saw. sampai Islam saat ini. Metode pendekatan seperti ini sebenarnya sudah Allah SWT ajarkan kepada kita melalui kisah-kisah atau peristiwa yang sudah terjadi di masa lampau (sebelum Islam) yang terdapat di dalam Al Qur’an, oleh karena itu, mempelajari sejarah sangatlah penting agar kita bisa mengambil pelajaran. Berhasilnya ajaran Islam sampai saat ini tidak lepas dari perjuangan Rasulullah Saw, para Sahabat, diteruskan oleh Tabi’in dan Tabiut Tabi’in serta para ulama dan guru-guru yang berjasa dalam mengajarkan pendidikan Islam. Keberhasilan ini tentu menjadi tanggung jawab umat Islam agar menpersiapkan generasi selanjutnya.
Di dalam Al Qur’an terdapat kisah orang-orang terdahulu, baik perorangan, maupun kisah tentang suatu kaum atau umat manusia, peristiwa tentang hal-hal yang baik maupun yang buruk, seperti kisah-kisah para Nabi, orang-orang shaleh, orang-orang kafir seperti Fir’aun, Namrud, dan lain-lain, terdapat juga kisah-kisah tentang kaum-kaum yang durhaka kepada Allah, dan masih banyak lagi sejarah yang terdapat dalam Al Qur’an. Dari sejarah atau kisah-kisah tersebut Allah memerintahkan kita untuk menjadikan hal tersebut (sejarah) sebagai: ibrah (Pelajaran), Mau‟idzah (Nasehat), Nakala (Peringatan), Zikra (Peringatan), Hudan (Petunjuk), Tafshil (Rincian), Tatsbit (Menetapkan), Tasdiq (Peneguhan) dan Rahmah (Kasih-sayang/Kecintaan).
Pendidikan Islam secara kelembagaan tampak dalam berbagai bentuk dan variasi. Di samping lembaga yang bersifat umum, seperti masjid, terdapat lembaga-lembaga lain yang mencerminkan kekhasan orientasinya. Adapun lembaga-lembaga tersebut menurut Ahmad Syalabi adalah: al-Kuttab, al-Qushur, Hawanit, Manzil al-Ulama, al-Salun al-Adabiyah, al-Badiyah, al-Majlis dan Madrasah. Berdasarkan macam- macam lembaga tersebut, Ahmad Syalabi membagi institusi pendidikan Islam menjadi dua kelompok, yaitu kelompok lembaga pendidikan sebelum madrasah dan kelompok lembaga pendidikan sesudah madrasah.
Madrasah secara etimologi dalam Bahasa arab merupakan isim makan dari fi’il madhi kata “darasa” yang berarti belajar. kata madrasatun yang berarti “tempat duduk untuk belajar”. Istilah madrasah sekarang ini menyatu dengan istilah sekolah yang lebih dikhususkan bagi sekolah-sekolah yang berbasis agama Islam. Sementara itu Karel A. Steenbrink membedakan antara madrasah dan sekolah-sekolah dengan beralasan bahwa antara sekolah dan madrasah mempunyai ciri-ciri yang berbeda. Dengan demikian dapat pahami bahwa madrasah adalah suatu lembaga yang penekanannya mengajarkan ilmu-ilmu keislaman.
Jadi, madrasah berarti tempat belajar bagi peserta didik atau bangunan tempat pendidikan atau proses belajar mengajar secara formal dan klasikal. Penjelmaan istilah madrasah merupakan transformasi dari masjid ke madrasah yang melalui tiga tahapan yaitu: tahap masjid, tahap masjid khan, dan tahap madrasah. Sedangkan fonomena madrasah mulai menonjol sejak awal abad ke-11 -12 M, atau abad ke- 5 H, tepatnya ketika Wazir Bani Saljuk, Nizam al-Mulk mendirikan Madrasah Nizhamiyah di Baghdad. Dalam tulisan ini penulis memfokuskan kajian pada Madrasah Nizhamiyah, meliputi: Letak geografis dan motivasi pendirian Madrasah Nizhamiyah, sistem pendidikan Madrasah Nizhamiyah dan pengaruh Madrasah Nizhamiyah terhadap masyarakat.
Pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsung sejak masuknya Islam ke Indonesia. Pada tahap awal pendidikan Islam dimulai dengan kontak secara pribadi maupun kolektif antara muballigh (pendidik) dengan peserta didiknya. Setelah kelompok muslim terbentuk di suatu daerah, maka mulailah mereka membangun peradaban Islam dengan membangun masjid. Masjid difungsikan sebagai tempat untuk beribadah dan pendidikan. Masjid merupakan lembaga pendidikan Islam yang pertama kali muncul, setelah itu muncullah Lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya seperti pesantren, dayah, surau dan madrasah.
Madrasah sendiri muncul di Indonesia pada awal abad ke-20 sebelum Indonesia mengalami kemerdekaan. Hal ini disebabkan sudah mulai banyak orang yang tidak puas dengan sistem pendidikan Islam yang berlaku pada saat itu, oleh karena itu ada sisi yang harus diperbarui. Diantaranya sisi yang harus diperbarui, pertama dari segi isi (materi), kedua dari segi metode, ketiga dari sisi manajemen dan administrasi pendidikan. Pembaharuan pendidikan Islam khususnya madrasah di Indonesia tidak lepas dari perjuangan para ulama’ dan organisasi-organisasi Islam yang gencar mendirikan lembaga pendidikan Islam yaitu madrasah dengan menerapkan sistem klasikal dan diberlakukannya administrasi pendidikan.
Perkembangan madrasah semakin memperlihatkan dinamikanya setelah Indonesia merdeka. Pada masa ini madrasah semakin jauh berkembang, hal ini ditandai dengan adanya perhatian khusus dari pemerintah terhadap pendidikan Islam di Indonesia. Perhatian khusus pemerintah tersebut dibuktikan dengan adanya beberapa kebijakan, peraturan dan perundang-undangan yang membahas tentang lembaga pendidikan Islam khususnya madrasah. Secara umum perkembangan pendidikan islam di Indonesia yang ditandai dengan kemunculan madrasah ditandai dengan perubahan pada aspek kurikulum, metode mengajar, dan sarana prasarana madrasah.
Secara etimologi kata sejarah diadopsi dari kata Bahasa Arab yaitu “syajaratun” artinya pohon atau silsilah, argument ini bersumber dari ungkapan “huwa min syajaratin thayyibin” artinya; dia berasal dari silsilah yang baik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sejarah mempunyai arti; (a) silsilah, asal-usul, dan keturunan, (b) peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, dan (c) ilmu (penetahuan) atau uraian yang tentang peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Dengan demikian kata “sejarah” dari segi terminologi mempunyai defisini sebagai rekonstruksi dari peristiwa-peristiwa masa lampau umat manusia baik dalam bidang sosial, politik, ekonomi, budaya, pendidikan, maupun agama. Hal yang senada dijelaskan oleh In’am Esha bahwa sejarah merupakan usaha merekonstruksi peristiwa masa lalu.
Penggunaan kata-kata madrasah di Indonesia berbeda dengan di Arab. Madrasah ditanah Arab ditujukan untuk semua sekolah secara umum, akan tetapi di Indonesia ditujukan buat sekolah-sekolah yang mempelajari ajaran-ajaran Islam. Namun pada prinsipnya madrasah adalah kelanjutan dari sistem pesantren. Di dunia pesantren terdapat beberapa komponen-komponen pokok dari suatu pesantren yaitu: pondok, masjid, pengajian kitab-kitab klasik, santri, dan kiai. Kelima macam ini merupakan pilar-pilar dari adanya suatu pesantren. Pada sistem madrasah tidak mesti ada pondok, masjid dan pengajian kitab-kitab klasik. Beberapa komponen yang diutamakan dalam madrasah adalah adanya lokal tempat belajar, guru, siswa dan rencana pelajaran serta pimpinan. Meskipun demikian madrasah dan pesantren memiliki kesamaan yang mendasar yaitu sama-sama mengajarkan ilmu Islam dan kehadiran madarasah merupakan akibat penyesuaian dengan pesantren.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa sistem madrasah mirip dengan sistem sekolah umum di Indonesia. Para murid tidak harus tinggal di kompleks madrasah, murid cukup datang ke madrasah sesuai dengan jadual berlangsungnya pembelajaran pada pagi hari atau siang hari. Adapun pelajaran-pelajaran yang diajarkan di madrasah sudah tercantum dalam kurikulum yang telah ditetapkan. Adapun ditinjau dari segi tingkatannya, madrasah terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu Tingkat Ibtidaiyah (Tingkat Dasar), Tingkat Tsanawiyah (Tingkat Menengah) dan Tingkat Aliyah (Tingkat Menengah Atas).
Wallahu a’lam bi al shawab.
Penulis : H. Muhyiddin, Lc., MM (Guru Madrasah Mu’allimin Mu’allimat 6 Tahun Tambakberas Jombang)