Muallimin Online,
Tantangan hidup yang dihadapi umat Islam saat ini, terutama Nahdlatul Ulama lebih berat daripada tantangan pada jamannya Hadratussyech Hasyim Asyari dan KH Abdul Wahab Hasbullah. Saat ini dunia menghadapi empat kedholiman internasional yang dilakukan secara legal.
Demikian disampaikan KH Said Agil Sirodj, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), saat memberikan ceramah dalam acara Pengajian Umum Dalam Rangka Haul Masyayikh, Ulang Tahun Madrasah ke-103 dan Pondok Pesantren ke-193 dan al Haflatul Kubro, pada Sabtu (14/07/2018).
Dalam kegiatan yang diselenggarakan di halaman Gedung Serbaguna pesantren, Kiyai Said merinci empat kedholiman tersebut. Pertama, addulmu fi siyasah (kedholiman dalam bidang politik). “Saat ini ada lima negara anggota tetap Perserikatan Bangsa-bangsa yang bisa menggunakan hak veto dalam sidang raya PBB. Jadi, ketika sidang raya memutuskan Israel dholim kepada rakyat Palestina, dan dinyatakan bersalah serta harus memberikan sangsi ke Israel. Tetapi jika Amerika menggunakan hak vetonya, maka keputusan sidang raya tersebut bisa dibatalkan”, katanya.
“Kedholiman yang kedua adalah addulmu fi tijaroh, atau kedholiman dalam perdagangan”, lanjutnya. Ada keputusan GATT, General Agreement on Tariffs and Trade (Perjanjian Umum Tarif dan Perdagangan, red) yang membuka kedholiman”, sambungnya.
Kita punya batubara, minyak gas, nikel, emas, bioksit dan lain-lain, tapi yang menentukan harga bukan kita (Indonesia, red). Kita sebagai pemilik tidak bisa menentukan harga. Yang menentukan harga adalah pasar bebas. Inilah kedholiman itu. “Pasar bebas adalah kapitalisme global, dan perwakilannya di wilayah Asia Tenggara berada negara Singapura. Negara kecil tetapi menjadi agen pasar bebas. Agen kapitalis global”, terangnya.
Kedholiman legal yang ketiga menurut Kiyai Said adalah addulmu fi naqd. Kedholiman dalam mata uang atau moneter. “Dulu mencetak uang kertas itu harus kolateral atau memiliki simpanan emas yang sama dengan nilai yang tertulis dinuang kertas”, katanya.
“Tapi pada tahun 60-an keputusan kolateral emas diganti dengan mata uang Dollar. Negara yang tidak memilik Dollar dipinjami. Pinjaman Dollar itu tdk boleh dipakai, hanya disimpan, tetapi pinjaman itu tetap ada bunganya. Heran, pinjam tidak boleh dipakai tapi ada bunganya”, jelasnya.
Kedholiman yang keempat, adalah addulu fi ta’lim wa tarbiyah. Kedholiman dalam ilmu dan pendidikan. “Rujukan ilmu pengetahuan selalu dari Amerika, Eropah atau Jepang. Kenapa seperti itu. Seolah-olah ilmu.pengetahuan dari timur atau Islam itu kurang baik. Padahal banyak sekali ilmuwan Islam yang mencipatalan berbagai penemuan, tetapi seolah tidak diakui. Dalam psikologi misalnya. Rujukannya selalu psikolog barat s3macam Abraham Maslow”, terangnya. (ma)