Istilah madrasah merupakan transformasi dari masjid ke madrasah yang melalui tiga tahapan yaitu: tahap masjid, tahap masjid khan, dan tahap madrasah. “Khan” mempunyai beberapa fungsi pada masa klasik. Di kota, khan berfungsi sebagai penyimpanan barang- barang dalam jumlah besar atau sebagai sarana komersial yang memiliki banyak toko. Khan juga dijadikan benda wakaf yang menghasilkan uang yang disalurkan untuk kebutuhan umum. Selain kedua fungsi tersebut, khan juga digunakan sebagai asrama untuk murid- murid dari luar kota yang hendak menimba ilmu di suatu masjid. Demikian juga istilah yang disebut Ruwaq yang berfungsi sama seperti Khan yang berada di masjid Al Azhar Cairo. Ruwaq diantara fungsinya juga menjadi tempat tinggal setiap pelajar yang menimba ilmu di masjid al Azhar. Umumnya setiap Ruwaq dihuni oleh para pelajar yang berasal dari suatu negara. Berikut ini ada 16 Ruwaq yang disediakan oleh al Azhar untuk para pelajar dari pelbagai manca negara yang dilansir oleh surat kabar Youm Sabi.
1. Ruwaq Atrak: disediakan untuk pelajar berkebangsaan Turki yang datang dari benua Asia, Eropa dan beberapa wilayah kepulauan di Laut Mediterania (Laut Tengah).
2. Ruwaq Syawam: disediakan untuk pelajar yang datang dari wilayah Syam. Istilah Syam meliputi Suriah, Palestina, Lebanon dan Yordania.
3. Ruwaq Haramain: disediakan untuk pelajar yang datang dari Tanah Haramain.
4. Ruwaq Yamaniah: disediakan untuk para pelajar yang datang dari Yaman.
5. Ruwaq Akrad (Kurdi): disediakan untuk para pelajar Kurdi yang datang dari utara Irak, wilayah Syam, Anatolia dan sekitarnya.
6. Ruwaq Baghdadiah: disediakan untuk pelajar yang datang dari Irak, Bahrain dan Kuwait.
7. Ruwaq Sulaimaniah: disediakan untuk pelajar yang datang dari Afghanistan.
8. Ruwaq Hindi: disediakan untuk pelajar yang datang dari India.
9. Ruwaq Jawi: disediakan untuk para pelajar yang datang dari Indonesia, Malaysia dan Filiphina.
10. Ruwaq Maghribi: disediakan untuk para pelajar yang datang dari wilayah Maghrib (barat Islam), meliputi Tripoli, Tunisia, Aljazair dan Marrakech. Ini adalah ruwaq pertama yang dibangun al-Azhar. Dan yang diterima di sana hanyalah yang bermazhab Maliki.
11. Ruwaq Sinnariah: disediakan untuk pelajar yang datang dari wilayah Sinnar, Sudan.
12. Ruwaq Dakarinah Darfur: disediakan untuk pelajar yang datang dari wilayah Darfun dan Takrur di Sudan.
13. Ruwaq Dakarinah Shalih: disediakan untuk pelajar yang datang dari Chad dan negara-negara tetangga di Afrika Tengah.
14. Ruwaq Barabirah (suku Barbar): disediakan untuk pelajar yang datang dari Mauritania dan wilayah-wilayah sekitarnya.
15. Ruwaq Jabarti: disediakan untuk pelajar dari Habsyah (Ethiopia), dan wilayah pesisir Laut Merah.
16. Ruwaq Barnawi: disediakan untuk pelajar yang datang dari barat Afrika seperti Senegal, Niger, Kenya dan Ghana.
Sejarah mencatat bahwa ruwaq-ruwaq al-Azhar ramai dihuni oleh orang-orang yang datang belajar ke al-Azhar dan menjadi salah satu simbol kontribusi al-Azhar dalam memajukan keilmuan Islam dan memperhatikan pelajar dari manca negara hingga kemudian dibangun asrama untuk pelajar asing yang mulai beroperasi pada 15 September 1959 M yang kemudian hari disebut Madinatul Bu’uts (Asrama pelajar duta negara).
Transformasi masjid ke madrasah, dalam hal ini ada beberapa pendapat yang menjelaskan hal tersebut, antara lain: Menurut pendapat George Makdisi yang dikutip oleh Suwito, Ainurrafiq Dawan, dan Ahmad Ta’arifin dalam bukunya berjudul “Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren”, bahwa madrasah merupakan transformasi institusi pendidikan Islam dari masjid ke madrasah secara tidak langsung melalui tiga tahap, yaitu: tahap masjid, tahap masjid khan, dan tahap madrasah. Sedangkan menurut pendapat Ahmad Amin Syalabi yang dikutip Suwito, bahwa transformasi masjid ke madrasah terjadi secara langsung.
Pendapat Georgi Makdasi didasarkan bahwa pada saat itu banyaknya murid yang datang dari luar kota untuk belajar di masjid- masjid, dan hal itu menuntut pembangunan pemondokan atau asrama di sekitar masjid. Dari situ maka terjadi transformasi masjid menjadi masjid khan. Tahap berikutnya, masjid khan berubah menjadi madrasah yang selain dilengkapi dengan pemondokan dan juga dilengkapi aula besar yang berfungsi sebagi tempat diselenggarakannya proses pembelajaran. Sedangkan pendapat Ahmad Amin Syalabi didasarkan bahwa pada saat itu semakin ramainya kegiatan yang dilaksanakan di masjid yang tidak hanya dalam kegiatan ibadah (dalam arti sempit), namun juga kegiatan pendidikan dan yang lainnya, maka dari situlah masjid secara langsung berubah menjadi madrasah.
Mengenai kajian tentang awal munculnya madrasah di dunia Islam, ada beberapa pendapat para ahli dalam menguraikan hal tersebut, diantaranya: Syalabi dan Philip K. Hitti mengatakan bahwa madrasah yang mula-mula muncul dii dunia Islam adalah madrasah Nizhamiyah yang didirikan oleh Nizham al-Mulk , perdana menteri Dinasti Saljuk pada abad ke-5 H atau abad ke-11 M, tepatnya diresmikan pada tahun 459 H atau 1067 M. Pendapat ini didasarkan adanya popularitas Nizhamiyah yang sering disebut-sebut dalam buku sejarah dan namanya sangat terkenal dalam sejarah Islam, serta begitu dominan juga peran Nizham al-Mulk pada saat itu, sehingga mendorong adanya kesimpulan bahwa Nizham al-Mulk orang pertama yang membangun madrasah. Sedangkan menurut Athiah al-Abrasyi, bahwa madrasah al-Baihaqiyah adalah madrasah yang pertama didirikan pada akhir abad ke-4 H. Begitupula berdasarkan hasil penelitian Richard W. Bulliet bahwa dua abad sebelum Madrasah Nizhamiyah muncul, di Nisapur sudah berdiri madrasah, yaitu madrasah Miyah Dahiyah. Namun, kedua madarasah tersebut kurang dikenal karena mengingat motivasi pendiriannya bersifat ahliyah (keluarga). Selanjutnya didikannya Madrasah an-Nuriyah al-Kubra di Damaskus letaknya disebuah kampung yang sekarang dikenal dengan al-Khayyathin, persis disebelah barat daya setengah mil dari mesjid Jami’ al-Umawy, madrasah ini didirikan oleh Nuruddin Mahmud az-Zinki pada tahun 563 H.
Madrasah Nizhamiyah berada di Baghdad terletak di dekat Sungai Dijlah di tengah- tengah Pasar Salasah. Mulai dibangun pada tahun 457 H/1065 M dan selesai pada tahun 459 H, dengan arsiteknya yang bernama Abu Sa’id al-Shafi. Perdana Menteri Nizham Al Mulk nama aslinya adalah Abu Ali al-Hasan bin Ali bin Ishaq at-Thusi. Dia pernah belajar di Nisapur (al-Naisaburi) dan berguru pada ulama’ Mazhab Syafi’i, Habatullah al-Muwaffaq. Ayahnya seorang pegawai pemerintah Gaznawi di Thus, Khurasan. Ketika sebagian besar Khurasan jatuh ke tangan pasukan Salajikah, ayahnya membawa Nizham al-Muluk lari ke Khusrawjird dan seterusnya ke Gazna. Di sana Nizham al-Muluk bekerja pada sebuah kantor pemerintah Mahmud Gaznawi. Empat tahun kemudian, ia meninggalkan Gazna dan menuju ke daerah kekuasaan salajikah. Pada mulanya ia bekerja di Balkh yang dikuasai oleh saljikah (432 H/ 1040/ 1041 M). Kemudian pindah ke Marw. Kariernya meningkat sehingga ia ditarik ke istana Sultan Alp Arslan dengan Perdana Menteri Abu Ali Ahmad bin Syazan. Ketika ia meninggal dunia, Nizham al-Muluk ditunjuk oleh sultan sebagai perdana Menteri.
Sedangkan Dinasti Saljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun Suku Qiniq dalam masyarakat Turki Oquz. Ia mengabdikan diri kepada Raja Begu (daerah turkaman) yang meliputi Laut Arab dan Laut Kaspiah. Saljuk kaum yang memerdekakan diri dari Dinasti Samiah. Setelah Saljuk meninggal, kekuasaannya dilanjutkan oleh Thurgul Bek, ia berhasil mengalahkan Dinasti Ghaznawi (429 H/1036 M). Kemudian ia memproklamirkan berdirinya Dinasti Saljuk dan mendapat pengakuan dari Khalifah Abbasyiah di Baghdad. Bani Saljuk memasuki Baghdad pada Masa thurgul yang menggantikan Bani Buwaihi.
Meskipun beberapa pendapat para ahli menolak bahwa madrasah Nizhamiyah bukanlah madrasah yang pertama didirikan, akan tetapi ia merupakan madrasah yang sangat populer di kalangan masyarakat Islam dan nonIslam, hal ini disebabkan Nizhamiyah merupakan sistem madrasah pertama yang khusus didirikan oleh negara dan bermadzhab sunni. Pemerintah terlibat dalam menentukan tujuan-tujuan madrasah, kurikulum, dan memilih guru, serta pemerintah memberikan dana kepada madrasah. Selain itu, Nizhamiyah memiliki spirit ilmu pengetahuan yang tinggi, baik untuk tujuan politik maupun agama.
Adapun latar belakang berdirinya Madrasah selain termotivasi oleh faktor agama dan ekonomi yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, juga termotivasi oleh aspek politik. Seperti halnya, latar belakang lahirnya Madrasah Nizamiyah yang paling mendasar adalah adanya perseteruan antara kelompok sunni, Dinasti Saljuk dengan kelompok Syi’ah, Dinasti Fatimiyah di Mesir. Dinasti Saljuk berkeyakinan bahwa ideologi harus dibalas dengan ideologi. Dari sinilah, maka Nizhamiyah merupakan senjata atau alat untuk menanamkan doktrin-doktrin Sunni sebagai perlawanan pada paham Syi’ah.
Sedangkan di Mesir, madrasah-madrasah baru didirikan pada era dinasti Fatimiyah setelah menguasai mesir pada tahun 354 H/ 989 M. Madrasah Tinggi al-Azhar yang didirikan oleh panglima dinasti Fathimiyah Jauhar al-Shiqli yang semula berideologi syiah. Pada masa kerajaan Ayyubiyah 1171 M sampai 1218 M inilah terjadi perubahan dari ideologi syiah menjadi sunni, kemudian didirikan madrasah-madrasah lagi misalnya madrasah di samping Masjid dan makam Imam Syafi’I Cairo, sehingga tersebar sangat luas. Penyebaran madrasah-madrasah ini tetap berjalan terus pada masa Al-Mamalik Mesir tahun 1250 M sampai 1517 M, demikian pula di Syria madrasah-madrasah banyak didirikan pada masa ini. Biasanya sebuah madrasah dibangun untuk salah seorang ahli fiqh yang termasyhur dalam satu mazhab yang empat. Umpamanya Nuruddin Mahmud bin Zanki telah mendirikan di Damaskus dan Halab beberapa Madrasah untuk mazhab Hanafi dan Syafi’i, dan telah dibangun pula sebuah madrasah untuk kedua mazhab ini di kota Mesir dan beberapa tahun kemudian dibangun Madrasah empat madzhab di Masjid Sulthan al Nashir Hassan tahun 1356 s.d 1363 .
Sejarah lahirnya madrasah dan perkembangan madrasah yang dijelaskan di atas bersifat umum karena makna dari madrasah tersebut merupakan sebutan untuk sebuah sekolah dalam bahasa Arab, sehingga jika ditemukan sebuah lembaga pendidikan yang didalamnya ada kegiatan belajar mengajar dengan sistem madrasi (berkelas) maka disebut madrasah. Bagi para pelajar dewasa ini, sangat perlu untuk mengetahui sejarah perkembangan madrasah dan keilmuan di dunia islam masa lampau, agar generasi muda islam dapat mengambil pelajaran dan kemudian menjadi optimis untuk terus menimba ilmu di Pondok Pesantren dan Madrasah sehingga mampu menjadi generasi muda pilihan yang dapat menjawab tantangan perubahan zaman
Wallahu a’lam bi al shawab.
Penulis : H. Muhyiddin, Lc., MM (Guru Madrasah Mu’allimin Mu’allimat 6 Tahun Tambakberas Jombang)