• madrasatuna.1953@gmail.com
  • 0321-865280 (Putri) / 0321-3083337 (Putra)
  • Home
  • Profil
    • Sejarah
    • Visi dan Misi
    • Sambutan Kepala Madrasah
    • Struktur Personalia Organisasi
    • Jenjang Belajar Dan Ijazah
    • Data Guru
  • Program
    • Program Strategis 5 Tahun (2023-2028)
    • Rencana Kerja 1 Tahun (2023-2024)
    • Rencana Kerja 1 Tahun (2024-2025)
  • Publikasi
  • Pengumuman
  • Download
  • Kontak

Kyai Nashir, Pak Quraish dan Pondoknya yang Unik

  • Home
  • Berita
Artikel Kamis, 14-Desember-2023 02:49 1458

“Tolong, sampean mengundang Pak Quraish Shihab ke Madrasah Muallimin Muallimat di acara Muwadaah tahun depan?” dawuh KH. Abdul Nashir Fattah tahun 2017 kepada penulis di beberapa kesempatan di Madrasah, permintaan tersebut beliau sampaikan kepada penulis setelah Dr. Muchlis M. Hanafi, MA Kepala Lajnah Pentashih Al-Qur’an Kemenag RI salah satu murid Pak Quraish pada tahun 2016 diundang dalam acara Muwadaah. “nggeh Bah, kulo usahakan” jawaban singkat penulis kepada beliau, pada saat yang sama penulis penasaran, berbagai pertanyaan tiba-tiba muncul dalam benak, salah satunya mengapa Romo yai ingin mengundang beliau?  apa keistimewaan Pak Quraish di mata beliau? Apakah karena Pak Quraish Sahabat Karib Gus Dur dan Gus Mus saat sama-sama kuliah di Mesir? Apakah karena Pak Quraish salah satu pakar Tafsir yang menjadi rujukan kyai Nashir?

Tidak lama setelah tugas berat tersebut disampaikan oleh Kyai Nashir, penulis berkesempatan bertemu dan sowan langsung kepada Pak Quraish, di sela-sela kunjungan beliau di Jombang Bersama seluruh anak, cucu dan beberapa sekretaris pribadi beliau. “Jangan panggil saya Prof. atau Kyai, Panggil saja Pak Quraish” tutur beliau di Loby Hotel di Jombang. “saya dengar di jombang ada warung kikil sederhana kesukaan Gus Dur,  oyik antar saya ya..” sambung beliau saat berjalan dengan tongkatnya menuju parkiran. Ketika menuruni tangga loby, seorang satpam mendadak mendekat dan menggandeng beliau. “eh jangan-jangan.. saya masih kuat lho..” sahut beliau sambil tertawa dan merangkul seakan mau mengangkat satpam tersebut. Mungkin inilah sisi lain Pak Quraish.

Muhammad Quraish Shihab lahir di Rappang Kabupaten Sidenreng Rappang pada tanggal 6 Februari 1944, Ayahnya Prof. Dr. Abdurrahman Shihab adalah seorang ulama dan guru besar dalam bidang Tafsir, Rektor Universitas Muslim Indonesia Sulawesi 1959-1965 dan Rektor IAIN Makasar 1972-1977. Sebagai putra dari seorang guru besar, Quraish Shihab kecil mendapatkan motivasi dan benih kecintaan terhadap studi tafsir dari ayahnya yang sering mengajak anak-anaknya duduk Bersama setelah sholat Maghrib. Ia harus mengikuti pengajian Al-Qur’an dari ayahnya sendiri, pada akhirnya benih kecintaannya pada Al-Qur’an dan tafsir mulai tumbuh.

Pada tahun 1956 ia dikirim oleh Ayahnya nyantri ke Malang di Pondok Pesantren Darul hadis al-Fiqihiyah di bawah asuhan Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bafaqih, dalam berbagai kesempatan Pak Quraish menceritakan bagaimana relasi seorang santri dengan kyai masih terus terjalin hingga sekarang, saat almarhum Habib Abdul Qadir datang lewat mimpi, beliau menambahkan, kyai adalah teladan kehidupan, penghormatan pada kyai bukan didasarkan oleh ketakutan atau keturunan, tetapi didasarkan oleh keyakinan akan keberkahan, pesantren bukan hanya tempat belajar agama, pesantren mengasah penghormatan pada keber-agama-an, pesantren adalah praktik kehidupan ke-manusia-an, semua tujuan ini dicapai santri dengan hidup Bersama Al-Qur’an. “mendekatlah pada Al-Qur’an, karena kitab ini sesungguhnya hidup dan menghidupkan, saat kita mengajaknya bercakap layaknya sahabat, maka di saat itulah Al-Qur’an mengungkapkan rahasianya yang tidak pernah diceritakannnya pada sembarang orang” itulah pesan yang sering pak Quraish sampaikan baik di acara Halaqoh dan seminarnya yang penulis ikuti di Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ), Bayt Al-Qur’an dan di Seminar Internasional di Lombok NTB beberapa tahun yang lalu.

Tahun 1958 saat Quraish Shihab berusia 14 tahun Bersama Alwi Shihab adiknya berangkat ke Cairo dan diterima di kelas dua Madrasah I’dadiyah Al Azhar (setingkat MTs/SMP) kemudian melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Al Azhar (setingkat MA/SMA) lulus tahun 1963, langsung melanjutkan ke jenjang S1 pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Ulumul Qur’an mendapatkan gelar Lc (License) tahun 1967, dua tahun kemudian 1969 beliau berhasil mempertahankan Tesisnya berjudul “al-I’jaz at-Tasryri’i al-Qur'an al-Karim (kemukjizatan al-Qur'an al-Karim dari Segi Hukum)”. Untuk mewujudkan cita-citanya mendalami studi tafsir dan ulumul Qur’an, pada 1980, Fans berat Umi Kulsum ini kembali menuntut ilmu ke almamaternya, Universitas al-Azhar Cairo, mengambil spesialisasi dalam studi tafsir al-Qur'an. Ia hanya memerlukan waktu dua tahun untuk meraih gelar Doktor. Disertasinya yang berjudul “Nazm ad-Durar li al-Biqa’i Tahqiq wa Dirasah (Suatu Kajian dan analisis terhadap keotentikan Kitab Nazm ad-Durar karya al-Biqa’i)” berhasil dipertahankannya dengan predikat Mumtaz Ma’a Martabah asy-Syaraf al-Ula ma’a Tausiyah bi al-Thab’ (summa cum laude).

Prof. Quraish dinilai oleh mayoritas akademisi merupakan sosok yang sangat produktif dalam menulis, Salah satu karya monumentalnya adalah Tafsir Al-Misbah, beliau sering mengungkapkan bahwa karya ini untuk melanjutkan tradisi ulama salafusshalih, yang kita tahu bahwa sebelumnya ada Tafsir Turjuman Al-Mustafid al Jawi karya Abdul Rauf Sinkel (w.1693), Tafsir Tafsir Marah Labid li Kasyfi Ma'na al-Qur'an al-Majid (Tafsir al-Munir) karya Syeikh Nawawi al-Bantani (1879), Tafsir Qur'an Karim (1938) karya Prof. Dr. Mahmud Yunus, Tafsir Al Azhar Karya Buya Hamka, Tafsir Al Ibriz Karya KH. Bisri Mustofa Rembang dan Tafsir Al Misbah itu sendiri yang beliau tulis disela-sela kesibukannya menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Mesir periode tahun 1998-2002.

Beberapa bulan kemudian, penulis mencoba sekuat tenaga memberanikan diri bertanya kepada Kyai Nashir, mengapa panjenengan ingin mengundang Pak Quraish?. “Menurutmu piye” dawuh Kyai Nashir dengan nada khasnya balik bertanya. “Karena Pak Quraish salah satu ulama yang punya pandangan unik, apa itu? beliau mendirikan pondok pesantren yang dinamakan Bayt Al-Qur’an khusus untuk santri yang sudah khatam hafalannya 30 juz”. Jawab penulis. “iyo iku seng tak maksud, pondok tahfidz iku akeh, tapi pondok khusus seng nampung santri wes apal 30 juz iku jarang, erohku yo Pak Quraish iku (iya itu yang saya maksud, pondok tahfidz al Qur’an itu banyak, tapi pondok khusus santri yang sudah hafal 30 juz itu jarang, yang saya tahu hanya Pak Quraish). Oleh sebab itu, membekali para Hafidz Al-Qur’an tentang Tafsir, Ulumul Qur’an serta ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an juga sama pentingnya. Pak Quraish pernah Dawuh “kita ingin Solusi dari berbagai problem ada di Al-Qur’an, salah satu kritik terhadap kitab-kitab Tafsir yang lama adalah memberikan Solusi terhadap problem mereka saja, bukan problem kita, disini perlunya Tajdid (santri saat ini yang kelak menjadi mufassir), karena kita punya problem, ulama itu bertugas untuk menyelesaikan problem, dan bukan menjadi problem.. !”.

Last but not least, Sisi lain yang jarang diketahui, bahwa sosok Pak Quraish Shihab adalah seorang penyair, salah satu syair/sajak Bahasa Arab yang pernah beliau sampaikan adalah:

بِما أسمّيكِ ؟

Dengan nama apa engkau kupanggil?

هل أسمّيكِ سَلْوي ؟ يا مَن سلووتُ بها الدنيا

Apakah kupanggil engkau dengan Salwa (Pelipur Laraku)? Karena engkau yang akan melipur laraku di dunia

أَم أسمّيكِ نَجْوَي ؟ لكي أُنجيكِ عُمري كُله

Apakah kunamai engkau Najwa? Agar supaya aku terus menyebut-nyebut namamu dan membisikkannya di dalam hatiku sepanjang umurku

أَم أسمّيكِ ليلا ؟ لكي أُعيد ذِكرَي مجنونٍ جُنونُهُ مِن جنونِي أنا

Apakah kunamai engkau Laila? Agar supaya kukembalikan kenangan si Majnun yang mencintai Laila tetapi cintanya hanya sebagian dari cintaku kepadamu.

لا يا حبيبتي، سأسمّيكِ أنا، فأنتِ أنا، وأنا أنتِ

Tidak wahai kekasihku, Aku akan menamaimu “Ana” (aku) karena engkau adalah aku, dan aku adalah engkau

(kalau engkau mengatakan, kata hatiku yang engkau katakan, kalau aku berkeinginan, keinginanku yang engkau wujudkan).

https://www.youtube.com/watch?v=c7pdjqCM-7w

Puisi Pak Quraish

Wallahu a’lam bi al shawab
Jombang, 11 Desember 2023
Penulis: H. Muhyiddin, Lc., MM (Guru Madrasah Mu’allimin Mu’allimat 6 Tahun Tambakberas Jombang)

Bagikan :

Tags

Muallimin Muallimat Tambak Beras

Data dan Fakta

Jumlah Rombel 83 Rombel
Jumlah Total Siswa 3.003 orang
Jumlah Siswa Putra 1.500 orang
Jumlah Siswa Putri 1.503 orang
Guru dan Pegawai 203 orang

Pengumuman Terbaru

  • Edaran PTS I 2024/2025
  • Jadwal PTS I Tahun Ajaran 2024/2025
  • Brosur PPDB 2024

Berita Terkini

Evaluasi Dan Perencanaan Tahunan Program Madrasah, Kamad: Ada Progress Menuju Lebih Baik
Apel Akhir Tahun Dan Penerimaan Rapot, Bidang Kesiswaan Sampaikan Beberapa Hal Penting
Penerimaan Rapor PAT, Kepala Madrasah Ingatkan Siswa Untuk Bermuhasabah Setelah Melakukan Pembelajaran Selama Satu Tahun
Dalam Rapat Kenaikan, Pimpinan Madrasah Tekankan Hal Ini
Rapat Pleno Kenaikan Kelas Tahun Ajaran 2024/2025

Gallery

  • Album(4)
  • Video(25)

Link Pendidikan

  • UNIVERSITAS AL AZHAR
  • KEMENAG RI
  • PENDIS KEMENAG RI
  • PP BAHRUL ULUM

Tentang Kami

Madrasah Muallimin Muallimat 6 Tahun Bahrul Ulum Tambakberas Jombang didirikan pada tahun 1953 oleh KH Abdul Fattah Hasyim. Madrasah ini menjalankan kurikulum 70% pelajaran Salaf Pesantren dan 30% pelajaran Kurikulum Nasional. Siswa Madrasah Muallimin Muallimat mengikuti ujian negara tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) bagi siswa kelas 3, dan mengikuti ujian negara tingkat Madrasah Aliyah (MA) bagi siswa kelas 6.

Profil
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Sambutan Kepala Madrasah
  • Struktur Personalia Organisasi
  • Jenjang Belajar Dan Ijazah
  • Data Guru
Alamat

Jl. Tanjung, dusun Gedang, Tambakrejo Jombang, Jawa Timur, Indonesia

Copyright © 2025 All rights reserved | mualliminenamtahun.net